Admin Monday 11 March 2024, 14:00 WIB
Pada peristiwa yang mengguncang dunia, aktivis hak asasi manusia terkemuka Amerika Serikat, Shaun Jeffrey King, mengambil keputusan bersejarah dengan memeluk Islam menjelang bulan Ramadhan. Dalam momen yang terekam dalam siaran langsung Profesor Khaled Beydoun di Instagram pada 11 Maret 2024, Shaun King dan istrinya, Rai King, bersama-sama mengucapkan syahadat, mengubah arah spiritual mereka. Keputusan ini menjadi pusat perhatian, dan artikel ini akan merinci secara mendalam tentang peristiwa konversi King, menggambarkan keberanian dan kebijakan yang mendasarinya menjelang bulan suci Ramadhan.
Menggunakan keffiyeh khas Palestina selama pembacaan syahadat, Shaun King menunjukkan keterkaitannya dengan isu-isu kemanusiaan yang terkait dengan Palestina. Sementara imam terkemuka Amerika, Omar Suleiman, memimpin mereka dalam perjalanan spiritual ini, belum ada penjelasan resmi mengenai faktor atau alasan mendalam di balik keputusan pasangan King untuk memeluk Islam. Artikel ini akan membahas secara rinci momen penting ini, memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan rohaniah Shaun King dan Rai King menjelang Ramadhan yang penuh makna.
Dalam momen yang mempesona, Shaun King dan Rai King terlibat dalam suatu upacara syahadat yang mengguncang dunia maya, dipandu oleh imam terkemuka Amerika, Omar Suleiman. Dalam video yang beredar luas, keduanya dengan penuh kerendahan hati mengucapkan dua kalimat syahadat, menandai perubahan besar dalam kehidupan spiritual mereka. Kendati terjadi di depan publik melalui siaran langsung di Instagram Profesor Khaled Beydoun pada 11 Maret 2024, keputusan mereka memeluk Islam tetap diselimuti oleh misteri, dan belum ada penjelasan resmi yang diberikan.
Penting untuk menyoroti bahwa dalam momen bersejarah ini, Shaun King dan Rai King mengenakan keffiyeh khas Palestina, menunjukkan solidaritas mereka dengan isu-isu kemanusiaan yang terkait dengan Palestina. Peran Imam Omar Suleiman sebagai pemandu dalam prosesi syahadat ini juga menambah dimensi keagamaan yang mendalam pada peristiwa tersebut. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang momen syahadat bersama Imam Omar Suleiman, mengeksplorasi pengaruh spiritual dan pesan yang mungkin ingin disampaikan oleh pasangan King dalam keputusan mereka yang monumental ini.
Shaun King, yang dikenal sebagai pionir aktivisme hak asasi manusia, membangun reputasi melalui kepemimpinan dalam berbagai gerakan, termasuk perlawanan terhadap kebrutalan polisi di Amerika Serikat dan partisipasinya dalam gerakan Black Lives Matter yang merambah ke tingkat global. Namun, keberaniannya dalam menyuarakan isu-isu kontroversial telah menjadikannya target utama media-media konservatif di Amerika. Setelah menyelesaikan studinya, King, yang pernah menjabat sebagai pastor, memimpin perjuangan yang tak kenal lelah melawan ketidakadilan sosial, membuatnya dikenal namun juga terkadang menjadi sasaran tuduhan dan kritik tajam.
Bukan hanya itu, Shaun King juga mengecam Israel dengan keras melalui platform media sosialnya, terutama Instagram. Kontroversi mencuat ketika akun Instagramnya diblokir pada 25 Desember 2023, setelah mengunggah pesan video yang menentang genosida dan kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Meskipun pemblokiran ini menandai konfliknya dengan platform media sosial, King tetap teguh dalam pendiriannya dan menolak untuk berdiam diri di tengah-tengah ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dianggapnya terjadi di Palestina.
Kontroversi mewarnai perjalanan aktivis Shaun King ketika ia mulai mengkritik Israel secara tajam melalui akun media sosialnya, terutama di platform Instagram. Dalam serangkaian postingan dan video, King mengecam apa yang ia sebut sebagai genosida dan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza. Pada 25 Desember 2023, akun Instagram King diblokir, memunculkan perdebatan mengenai kebebasan berbicara dan batasan-batasan yang diberlakukan oleh platform media sosial.
Meskipun Meta, pemilik Instagram, menyatakan bahwa pemblokiran tersebut disebabkan oleh beberapa pujian terhadap entitas yang melanggar kebijakan mereka, King tetap kukuh dalam pendiriannya. Dengan enam juta pengikut di situs tersebut, tindakan pemblokiran ini menyoroti ketegangan antara kebebasan berbicara dan kebijakan platform. Artikel ini akan mengeksplorasi lebih dalam kontroversi di sekitar kritik King terhadap Israel, serta implikasinya terhadap perannya dalam advokasi hak asasi manusia dan bagaimana media sosial menjadi arena perjuangannya.